Minggu, 03 Februari 2013

Taaruf dan operasi SIM

bismillah..
sambil menunggu waktu mandi alangkah indahnya saling berbagi hahaha, kali ini saya ingin membahas 2 hal, yaitu taaruf dan kejadian semalam, operasi SIM. (ga nyambung ya??hahaha)

TAARUF
akhir-akhir ini sering banget denger kata taaruf dari beberapa teman, mulai dari temen kampus, temen ngopi, mantan, sampai si NY (uppss) :D
sepertinya taaruf lagi booming ya, saya juga tertarik sih, tapi kayaknya entar deh. entah gara-gara film atau banyaknya ustadz-ustandz cinta di twitter, you know who i mean lha. kalau saya pribadi ga mau munafik lah, pacaran ya pacaran aja ga usah pake kata-kata taaruf kalau emang ga paham dan ga siap. tapi yang agak saya herankan adalah mereka yang gembar-gemborin paham atau tidak dengan maksud dan makna taaruf itu sendiri. okelah kalo temen saya kampus setelah kenal pasangannya merasa pas langsung dilamar dan nikah, itu saya setuju. tapi ada juga yang mengatasnamakan taaruf tapi sistemnya kenalan trus ketemu ortu cewek belum dilamar sih, tapi uda yakin bakalan nikah. kalo yang kayak gini saya rasa apa bedanya dengan pacaran?? ni saya copas status fb saya beberapa waktu lalu biar bisa saling berbagi pendapat

maaf bila pemahaman saya tentang taaruf berbeda dengan kalian, apa bedanya taaruf dengan pacaran kalau kalian tidak menjaga pandangan, saling mengumbar kata-kata manis dan saling rayu padahal kalian belum resmi menikah. taaruf itu dipinang langsung nikah ga pake pacaran,pendekatan,etc lah
“Janganlah kau terlalu lembut bicara supaya (lawan-jenis) yang lemah hatinya tidak bangkit nafsu (syahwat)-nya.” (QS al-Ahzab [33]: 32)

“Ditetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, akan diperolehnya hal itu, tidak bisa tidak. Kedua mata itu berzina, zinanya dengan memandang. Kedua telinga itu berzina, zinanya dengan mendengarkan. Lisan itu berzina, zinanya dengan berbicara. Tangan itu berzina, zinanya dengan memegang. Kaki itu berzina, zinanya dengan melangkah. Sementara itu, hati berkeinginan dan beranganangan sedangkan kemaluan yang membenarkan itu semua atau mendustakannya.” (H.R. Muslim: 2657, alBukhori: 6243)


masih banyak ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadits yang menjelaskan perbedaannya. so,ga usah lah pake kata-kata taaruf kalau masih ada proses pacarannya. jangan mencampur adukkan agama dengan kepentingan kalian.agama itu sebagai petunjuk bukan untuk diakali.  

OPERASI SIM
seperti malam minggu yang lalu-lalu, malam minggu kemarin saya habiskan bersama teman-teman kampus,band, dan kampung untuk menikmati secangkir kopi sambil sharing banyak hal di warung-warung langganan. daripada ke tempat yang ga jelas mendingan ngopi hahaha..
ada yang bilang sekumpulan cowok malam mingguan di warung kopi berarti mereka jomblo,haha agak tepat sih. tapi bagi saya yang memiliki pacar agak ga sependapat. bagi saya pacaran itu ga harus malem minggu atau berdua-duaan (ngeles).oke stop, back to topic
23.30 sepulangnya dari ngopi saya mengantarkan seorang teman pulang di sekitaran jalan gerbong-kalasan, tempat itu dekat dengan jl. gembong, ya mumpung searah alangkah asik dan aduhainya kalau mampir sejenak dan mengawul spare-part hape jadul. yap, seperti biasanya kalau jam segini biasanya ada operasi SIM+STNK+helm SNI+spion, ga heran sih sah-sah aja buat menekan angka curanmor dan menerapkan ketertiban berkendara di jalan. cuma agak setelah agak lama ada hal yang membuat saya semakin muak dengan polisi. saat itu kelengkapan saya sudah diperiksa, namun agak berapa lama kemudian lewat dua orang pemuda berboncengan ga pakai helm, setelah dekat masih diatas sepedanya entah apa yang dibicarakan pemuda itu dan polisi dan ajaibnya mereka ga kena tilang!!! whadefakk!! pengen saya foto sebagai bukti agar ga dibilang "No Pict = HOAX "apa daya mata ini ga pengen ditoyor pakai tangan polisi yang gemulai itu. mana katanya reformasi kepolisian?? mengayomi dan melindungi ( ya mungkin untuk kolega saja) ??
pertama anggap saja mereka berdua itu adalah reserse yang menyamar dan sedang terburu-buru menangkap bandar narkoba, tapi apakah pantas polisi yang harusnya memberi contoh dalam penegakan peraturan berlaku seperti itu.
kedua anggap saja dua pemuda tersebut adalah warga sipil, hebat sekali mereka dengan hembusan nafas dan suara dari kerongkongannya bisa lolos dengan indah tanpa turun dari motornya. hello?? kalau pakai susuk bolehlah saya ikut, lumayanlah bisa menghemat biaya pengurusan SIM, perpanjangan SIM, dan pajak kendaraan bermotor tiap tahunnya.

sebenarnya tidak sekali ini saya melihat hal yang membuat mata dan batin saya tersayat (sinetron banget), sudah sering kali. misalnya ketika saat itu saya mengantarkan ibu saya check up di RS Haji, saat itu hari memang masih pagi pukul 07.00, ketika saya melewati jl. Kenjeran hendak belok kanan ke arah jl. Soekarno-Hatta kalijudan MERR lampu menunjukkan warna merah namun jalan masih cukup lengang, saya berhenti saja takut kena tilang, dari arah belakang saya disalip (hampir saja bersenggolan) oleh pengendara suzuki satria berplat nomor luar surabaya, ga berspion, ga pakai helm dan dia berseragam polisi (kaya brimob sih), kontan saja saya kaget sebagai orang surabaya yang ingin melestarikan budaya spontan saya berucap "mbokne JANCUK !!". di depan perempatan jl. Soekarno-Hatta dan Jl. Kenjeran  ada polisi lalu-lintas yang berjaga dan nampaknya membiarkan saja temannya yang sikapnya jahilliyah itu menerobos lampu merah. coba kalau kita yang berlaku seperti itu??bisa-bisa kena jatah nasi pecel pagi-pagi disertai kata-kata "mau damai apa tilang mas??tilang itu ribet lho mesti mondar-mandir ke PN..bla bla bla.."
selain pengalaman bersama polisi (lho??), sepertinya aparat lainnya juga ga ada bedanya, saya pernah sejalan dengan AD dari Gresik ke arah Babat Lamongan, dan mereka juga ga pakai helm. oiya, satu hal yang jadi misteri bagi saya ketika ada operasi SIM. polisi ga pernah (sesuai yang saya alami dan lihat) memberhentikan TNI, entah mereka tertib ataupun tidak. ada yang bisa menjawab pertanyaan saya??

yup, mungkin tulisan saya ini bisa menyakiti dan membuat gusar pihak-pihak yang saya sebutkan, lillahitaallah inilah pengalaman saya dan mungkin juga dialami juga oleh kebanyakan warga negara seperti saya. saya tidak ada maksud untuk menjatuhkan kredibiltas kalian. sebagai warga negara Indonesia yang taat membayar pajak. kami hanya ingin peraturan di tegakkan seadil-adilnya jangan tebang pilih karena pangkat, kolega, ataupun uang. tunjukkan lah arti kata mengayomi dan melindungi kami, sebenarnya tanpa pajak dari kami kalian juga ga akan mendapatkan gaji dan fasilitas seperti itu. mari ciptakan simbiosis mutualisme anatara kami dan kalian agar tercipta rasa aman dan nyaman di Indonesia untuk kita tinggali bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar